Surah Al-Kahfi Sebagai Benteng Perlindungan Fitnah Dajjal
Dari Abu Darda, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda :
“Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir surat al-Kahfi, maka ia
terlindung dari fitnah Dajjal”
Hampir seluruh nabi mewasiatkan
kepada kaumnya untuk berlindung kepada Allah dari fitnah Dajjal, sebab
orang yang mengalami zaman Dajjal akan mendapat ujian iman yang begitu
berat. Selain hadits-hadits di atas yang berisi pesan agar kita membaca
surat al-Kahfi dan terhindar dari fitnah Dajjal, Rasulullah SAW pun
menyuruh kita membaca do’a perlindungan dari fitnah Dajjal pada saat
tahiyat akhir dan sebelum salam dalam shalat-shalat kita.
Lalu, apa hubungannya fitnah Dajjal (akhir zaman) dengan surat al-Kahfi sebagai benteng perlindungan dari fitnah Dajjal ?
Dalam surah al-Kahfi terdapat empat kisah :
Kisah pertama :
Tentang sekelompok anak muda yang beriman kepada Allah SWT dan hidup di
tengah pemerintahan yang zhalim, mereka menawarkan Islam namun
ditolaknya, kemudian mereka dikejar-kejar, lalu berlindung di gua
(kahfi) dan tertidur selama 309 tahun, kemudian tatkala bangkit kembali,
keadaan negeri berubah jauh dari sebelumnya dan penduduknya telah
beriman kepada Allah. (ayat 14-18)
Kisah Kedua :
Tentang
seorang shohibul Jannatain (pemilik dua kebun) yang telah diberi nikmat
Allah, namun mengingkari nikmat itu, dan melupakan Allah serta hari
kiamat karena terlena dengan harta meskipun sudah diperingatkan
saudaranya. (Ayat 32-42)
Kisah ketiga :
Kisah Nabi Musa
a.s. dan Nabi Khidr a.s., tatkala Nabi Musa a.s. ditanya oleh kaumnya :
“Siapakah orang paling alim (pintar) di bumi ini … ?”
Nabi Musa a.s. menjawab bahwa dirinya-lah orang yang paling pintar di dunia.
Kemudian Allah mengingatkan Nabi Musa a.s. bahwa ada hamba Allah yang
lebih pintar dan alim dari dirinya, yang kemudian Musa a.s. pun memohon
kepada Allah agar ditunjukkan tempat Nabi Khidr a.s. yang berada di
antara dua pertemuan laut (Majma’ al-bahrain). Namun setelah menuntut
ilmu kepada Nabi Khidr a.s., Nabi Musa a.s. pun tidak tahan dengan sikap
Nabi Khidr a.s. (ayat 62-70)
Kisah keempat :
Tentang
Zulkarnain, seorang raja yang adil dan menebarkan kebenaran ke seluruh
negeri, hingga bertemu dengan suatu kaum yang hampir tidak dapat
dimengerti bahasanya.
Namun meskipun beliau mempunyai kekuasaan dan
kemampuan dalam melaksanakan tugasnya, beliau masih tetap meminta
pertolongan pihak lain karena ketawadhuannya.
“maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka” (ayat 95)
Keempat kisah di atas mengandung pesan bahwa di dalam kehidupan ini terdapat empat fitnah (ujian):
Pertama :
Fitnah atau ujian memegang teguh agama. Dalam memegang teguh agama dan
menegakkannya, seringkali mendapat tantangan, terutama dari kaum mapan,
seperti para penguasa. Hal ini telah dialami para pemuda al-Kahfi
(ashabul Kahfi), namun Allah telah menyelamatkan mereka.
Kedua :
Fitnah atau ujian harta, hal ini di alami oleh salah seorang pemilik
kebun seperti yang disebutkan dalam kisah di atas. Dengan hartanya, dia
mengingkari Allah, bahkan mengingkari datangnya hari kiamat.
Dia berkata : “dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang” (ayat 38)
Ketiga :
Fitnah atau ujian ilmu, sehingga seseorang sombong dan mengira dirinya
paling pintar serta merendahkan pihak lain, sehingga hilang sifat
tawadhu dan enggan berkumpul menuntut ilmu bersama yang lain.
Hal seperti ini pernah terjadi dalam kisah Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidr a.s.
Keempat :
Fitnah atau ujian kekuasaan. Dengan kekuasaannya seseorang melakukan
apa saja yang diinginkannya, menebar fitnah serta berbuat kezhaliman.
Hal ini berbeda sekali dengan kisah Dzulkarnain sang raja yang adil dan bijak dan menebar kebenaran serta keadilan.
Keempat fitnah atau ujian inilah yang akan terjadi pada saat datangnya Dajjal.
Dajjal akan melakukan kezhaliman berupa pemaksaan orang untuk beriman
dan beribadah kepadanya serta melupakan Allah SWT, kemudian memamerkan
kemampuannya melakukan sesuatu yang supranatural di luar kemampuan
manusia biasa, sehingga manusia mengimaninya.
Ini adalah ujian memegang teguh agama (fitnah al-din).
Dajjal juga sanggup memenuhi permintaan orang untuk menurunkan hujan di
suatu kawasan, dan dapat merubah pada pasir tandus menjadi kawasan yang
subur dan rindang.
Ini merupakan bentuk fitnah harta (fitnah al-maal)
Dajjal juga mampu menebar orang-orang yang dapat memberitakan
prediksi-prediksi yang akan terjadi sehingga manusia mempercayainya.
Ini merupakan bentuk fitnah ilmu pengetahuan (fitnah al-‘ilm)
Dan dengan kekuasannya Dajjal pun dapat memaksakan kehendaknya kepada seluruh negeri (fitnah al-sulthoh/kekuasaan).
Keempat fitnah ini merupakan fitnah yang dahsyat bagi kaum muslimin di
setiap zaman dan tempat. Oleh karena itu Rasulullah SAW telah memberi
peringatan agar kita membaca surah al-Kahfi, mentadabburinya, serta
merenunginya, terutama pada empat kisah di atas.
kembali ke Santri Suwung
Surah Al-Kahfi Sebagai Benteng Perlindungan Fitnah Dajjal
Dari Abu Darda, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda : “Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir surat al-Kahfi, maka ia terlindung dari fitnah Dajjal”
Hampir seluruh nabi mewasiatkan kepada kaumnya untuk berlindung kepada Allah dari fitnah Dajjal, sebab orang yang mengalami zaman Dajjal akan mendapat ujian iman yang begitu berat. Selain hadits-hadits di atas yang berisi pesan agar kita membaca surat al-Kahfi dan terhindar dari fitnah Dajjal, Rasulullah SAW pun menyuruh kita membaca do’a perlindungan dari fitnah Dajjal pada saat tahiyat akhir dan sebelum salam dalam shalat-shalat kita.
Lalu, apa hubungannya fitnah Dajjal (akhir zaman) dengan surat al-Kahfi sebagai benteng perlindungan dari fitnah Dajjal ?
Dalam surah al-Kahfi terdapat empat kisah :
Kisah pertama :
Tentang sekelompok anak muda yang beriman kepada Allah SWT dan hidup di tengah pemerintahan yang zhalim, mereka menawarkan Islam namun ditolaknya, kemudian mereka dikejar-kejar, lalu berlindung di gua (kahfi) dan tertidur selama 309 tahun, kemudian tatkala bangkit kembali, keadaan negeri berubah jauh dari sebelumnya dan penduduknya telah beriman kepada Allah. (ayat 14-18)
Kisah Kedua :
Tentang seorang shohibul Jannatain (pemilik dua kebun) yang telah diberi nikmat Allah, namun mengingkari nikmat itu, dan melupakan Allah serta hari kiamat karena terlena dengan harta meskipun sudah diperingatkan saudaranya. (Ayat 32-42)
Kisah ketiga :
Kisah Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidr a.s., tatkala Nabi Musa a.s. ditanya oleh kaumnya : “Siapakah orang paling alim (pintar) di bumi ini … ?”
Nabi Musa a.s. menjawab bahwa dirinya-lah orang yang paling pintar di dunia.
Kemudian Allah mengingatkan Nabi Musa a.s. bahwa ada hamba Allah yang lebih pintar dan alim dari dirinya, yang kemudian Musa a.s. pun memohon kepada Allah agar ditunjukkan tempat Nabi Khidr a.s. yang berada di antara dua pertemuan laut (Majma’ al-bahrain). Namun setelah menuntut ilmu kepada Nabi Khidr a.s., Nabi Musa a.s. pun tidak tahan dengan sikap Nabi Khidr a.s. (ayat 62-70)
Kisah keempat :
Tentang Zulkarnain, seorang raja yang adil dan menebarkan kebenaran ke seluruh negeri, hingga bertemu dengan suatu kaum yang hampir tidak dapat dimengerti bahasanya.
Namun meskipun beliau mempunyai kekuasaan dan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya, beliau masih tetap meminta pertolongan pihak lain karena ketawadhuannya.
“maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka” (ayat 95)
Keempat kisah di atas mengandung pesan bahwa di dalam kehidupan ini terdapat empat fitnah (ujian):
Pertama :
Fitnah atau ujian memegang teguh agama. Dalam memegang teguh agama dan menegakkannya, seringkali mendapat tantangan, terutama dari kaum mapan, seperti para penguasa. Hal ini telah dialami para pemuda al-Kahfi (ashabul Kahfi), namun Allah telah menyelamatkan mereka.
Kedua :
Fitnah atau ujian harta, hal ini di alami oleh salah seorang pemilik kebun seperti yang disebutkan dalam kisah di atas. Dengan hartanya, dia mengingkari Allah, bahkan mengingkari datangnya hari kiamat.
Dia berkata : “dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang” (ayat 38)
Ketiga :
Fitnah atau ujian ilmu, sehingga seseorang sombong dan mengira dirinya paling pintar serta merendahkan pihak lain, sehingga hilang sifat tawadhu dan enggan berkumpul menuntut ilmu bersama yang lain.
Hal seperti ini pernah terjadi dalam kisah Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidr a.s.
Keempat :
Fitnah atau ujian kekuasaan. Dengan kekuasaannya seseorang melakukan apa saja yang diinginkannya, menebar fitnah serta berbuat kezhaliman.
Hal ini berbeda sekali dengan kisah Dzulkarnain sang raja yang adil dan bijak dan menebar kebenaran serta keadilan.
Keempat fitnah atau ujian inilah yang akan terjadi pada saat datangnya Dajjal.
Dajjal akan melakukan kezhaliman berupa pemaksaan orang untuk beriman dan beribadah kepadanya serta melupakan Allah SWT, kemudian memamerkan kemampuannya melakukan sesuatu yang supranatural di luar kemampuan manusia biasa, sehingga manusia mengimaninya.
Ini adalah ujian memegang teguh agama (fitnah al-din).
Dajjal juga sanggup memenuhi permintaan orang untuk menurunkan hujan di suatu kawasan, dan dapat merubah pada pasir tandus menjadi kawasan yang subur dan rindang.
Ini merupakan bentuk fitnah harta (fitnah al-maal)
Dajjal juga mampu menebar orang-orang yang dapat memberitakan prediksi-prediksi yang akan terjadi sehingga manusia mempercayainya.
Ini merupakan bentuk fitnah ilmu pengetahuan (fitnah al-‘ilm)
Dan dengan kekuasannya Dajjal pun dapat memaksakan kehendaknya kepada seluruh negeri (fitnah al-sulthoh/kekuasaan).
Keempat fitnah ini merupakan fitnah yang dahsyat bagi kaum muslimin di setiap zaman dan tempat. Oleh karena itu Rasulullah SAW telah memberi peringatan agar kita membaca surah al-Kahfi, mentadabburinya, serta merenunginya, terutama pada empat kisah di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar