Justin Bieber

Jumat, 12 Juli 2013

Beribadah Pada Malam Lailatul Qadr

Beribadah Pada Malam Lailatul Qadr


Lailatul Qadar
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3) تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4) سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5)
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. Al-Qadr: 1-5).
            Lailatul Qadar disebut “qadar” yang artinya ketentuan, keputusan atau takdir. Karena pada malam itu ditentukan segala urusan, hukum-hukum, ketentuan rezeki dan waktu kematian. Dan Allah Ta’ala menentukan kejadian-kejadian bagi setiap hamba, kaum atau bangsa pada setiap masa dan tempat. Pada malam itu diputuskan semua ketentuan Allah terhadap makhluk-Nya dari tahun tersebut hingga tahun yang akan datang.
            Disebutkan dalam kitab Misykatul Anwar, bahwa setelah semua urusan ditetapkan maka kemudian dikumpulkan menurut daftarnya masing-masing. Daftar rahmat dan siksa diberikan kepada Malaikat Jibril; daftar tumbuh-tumbuhan dan rizki diberikan kepada Malaikat Mika’il; daftar hujan dan angin diserahkan kepada Malaikat Israfil; daftar ajal atau pencabutan ruh diserahkan kepada Malaikat Izra’il, dan begitulah seterusnya. Sebagaimana firman Allah:

فِيْمَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ

Artinya: “Di dalamnya dipisah-pisahkan (dibagi-bagikan) tiap-tiap perkara yang pasti”.
            Ada juga yang menyebutkan bahwa arti qadar” adalah sempit. Karena bumi menjadi sempit pada malam itu sebab banyaknya malaikat yang turun. Para Malaikat yang dipimpin oleh Jibril diturunkan ke bumi untuk mengatur segala urusan yang telah diputuskan oleh Allah Ta’ala. Selain itu, menurut riwayat Imam Bukhari, Allah mengizinkan para malaikat turun ke bumi untuk membuktikan bahwa meskipun banyak hamba-hamba  Allah yang lalai, tetapi masih ada orang-orang yang istiqamah dan sabar dalam mengingat Allah. Malaikat akan terkagum-kagum terhadap mereka, sehingga mereka bershalawat, mengharapkan berkah dan ampunan bagi orang-orang yang beriman.
            Allah Ta’ala mengutus Malaikat Jibril untuk menjumpai Nabi Muhammad SAW. Jibril menyampaikan surat dari Allah untuk Nabi SAW, yakni surat Al-Qadr. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku menurunkan Lailatul Qadar yang lebih baik dibanding seribu bulan”. Allah Ta’ala berfirman lagi: “Hai Muhammad, telah Aku berikan kepadamu dan kepada umatmu akan Lailatul Qadar; apabila ada yang beribadah pada malam itu maka lebih baik daripada beribadah selama tujuh puluh ribu bulan”.
            Disebutkan pula, bahwa sebab turunnya surat Al-Qadr adalah ketika telah dekat saatnya Nabi SAW akan berpisah dengan umatnya. Nabi SAW bersedih lalu berujar: “Kalau saya meninggal dunia, maka siapakah yang menyampaikan salam (keselamatan) dari Allah untuk umat saya”. Kemudian Allah Ta’ala menjawabnya, bahwa telah diturunkan para Malikat dan Jibril untuk menyampaikan salam (rahmat) dan berita gembira kepada umat Nabi Muhammad SAW. Hal ini berlaku selamanya pada setiap masa dan tempat.

Beribadah Pada Malam Lailatul Qadr

كَانَ النَّبِىُّ ص يَجْتَهِدُ فِى عَشْرِ اْلاَ خِيْرِ مَالاَ يَجْتَهِدُفِى غَيْرِهِ كَانَ النَّبِىُ ص يَخُصُّ الْعَشْرَ اْلاَوَاخِرَ فِى رَمَضَانَ بِاْلاَعْمَالِ لاَ يَعْلَمُهَا فِى بَقِيَّةِ الشَّهْرِ
Artinya: “Adalah Nabi SAW. Lebih bersemangat dalam beribadah pada sepuluh hari yang terakhir dengan ibadah yang belum pernah dikerjakan dengan sangat sungguh-sungguh di bulan lain, beliau menkhususkan sepuluh hari yang terakhir dari bulan ramadhan dengan amal perbuatan ibadah yang tidak dikerjakan pada bulan yang lain”. (HR. Muslim).
            Pintu-pintu langit dibuka pada malam Lailatul-Qadar. Apabila ada hamba yang mengerjakan shalat pada malam itu, maka dari tiap-tiap takbirnya, Allah akan  menumbuhkan satu pohon di surga. Dari setiap rekaat shalatnya, Allah akan membangunkan istana di surga yang terbuat dari mutiara, batu permata merah, batu permata hijau dan berlian. Dari setiap bacaan yang dibacanya dalam shalat akan diberikan mahkota di surga. Dan dengan tiap-tiap duduknya, maka akan diangkat derajatnya di surga. Dan dari tiap-tiap salamnya akan diberikan perhiasan gemerlap disurga (Zubdatul Wa’idzin).
Disebutkan dalam sebuah hadits, “Adalah Rasulullah SAW, beri`tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan ramadhan sehingga wafat. Kemudian istrinya beri`tikaf setelah beliau meninggal dunia” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dan dalam hadits yang lain disebutkan, “Barang siapa yang beri`tikaf pada malam Lailatul Qadar dengan keimanan dan semata-mata hanya mengharap keridhaan Allah, maka akan diampuni segala dosanya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang” (HR. Ad-Dailami).

Kapan Terjadinya Lailatul-Qadar?

Para sahabat termasuk para ulama banyak berbeda pendapat tentang kapan terjadinya malam Lailatul-Qadar. Namun sebagai gambaran umum dapat diambil dari hadits Nabi SAW. Rasulullah SAW bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh hari yang terakhir, karena sesungguhnya malam Lailatul Qadar jatuh pada malam yang ganjil, malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dua puluh sembilan, atau pada akhir malam bulan ramadhan. Maka barang siapa yang mengisi malam tersebut dengan beberapa ibadah dengan disertai keimanan dan bertujuan mencari ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang” (HR. Ath-Thabrani).

Apa Ciri-ciri Lailatul Qadar?

   Ada banyak sekali ciri-ciri atau tanda-tanda khusus malam Lailatul Qadar, yang setiap orang menjumpainya dengan ciri-ciri dan keajaiban yang berbeda-beda. Namun berdasarkan hadis Nabi SAW, ada beberapa ciri atau tanda-tanda yang bersifat umum dari malam Lailatul Qadar. Rasulullah SAW bersabda: “Lailatul Qadar adalah malam yang terang benderang, tidak seberapa panas, tidak seberapa dingin, tidak ada awan, tidak ada hujan, tidak berangin kencang, tidak ada bintang yang dilemparkan (meteor). Sebagian tandanya adalah pada siang harinya matahari tidak bersinar terang” (HR. Ath-Thabrani).
Do’a
Imam An-Nasa’i meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mendapati malam Lailatul Qadar?, Apakah kiranya yang harus aku baca?, Nabi SAW menjawab, “bacalah:
اَللّهُمَّ اِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Artinya: “Wahai Allah, sesungguhnya Enkau Maha Pema’af, mencintai kema’afan, maka maafkanlah (seluruh kesalahan) ku” (HR. An-Nasa’i)
kembali ke Santri Suwung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar